lanjut coooooi
LENTERA HATI adalah PASSION. Hal yang sangat kita sukai. Suatu pekerjaan atau kegiatan yang menimbulkan kepuasan tersendiri bagi kita, meskipun seringkali menguras waktu dan tenaga. Itulah LENTERA HATI kita. Apapun kesulitan yang kita alami, tapi manakala kita memikirkan kembali hal-hal yang membuat kita bersemangat dan bergairah untuk bangkit menatap masa depan, maka lakukanlah. Sudah kah kita menemukannya? Berikut Lentera Hati sang Andrea Hirata dari dr. M (RA)
Begitu banyak hal yang menakjubkan yang terjadi pada masa kecil para Laskar Pelangi. Sebelas anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka demi tetap menyalakan terus lentera jiwanya. Semuanya tergambar dengan indah pada sebuah novel berjudul sama yang telah diangkat ke layar lebar dan mengundang antusias yang luar biasa.
Kisah pada novel laris ini semuanya berawal dari memoar masa kecil yang ditulis lelaki berambut ikal penyandang nama panjang Andrea Hirata Seman Said Harun yang seringkali dipanggil Ikal ini. Terlahir pada tanggal 24 Oktober sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah (ibu) dan Seman Said Harun (ayah), Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong.
Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi seperti telah ditulis di atas, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di Universite de Paris Sorbonne, Perancis serta Sheffield Hallam University, di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi dan telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut. Dia pun lulus cum laude.
Di saat ia mengambil gelar masternya tersebut, Andrea memulai debut menulisnya. Disaat malam-malam insomnianya tersebut Andre justru menulis buku non fiksi pertamanya yaitu buku ilmiah berjudul “The Science of Bussiness” pada tahun 2003. Buku yang menurut Andre sendiri adalah semacam pembayar kewajiban moralnya kepada lembaga Uni Eropa yang memberikannya beasiswa kuliah di Sorbonne Prancis dan Sheffield Inggris.
Tapi tidak hanya berhenti sebagai kewajiban moral saja, ternyata Andrea kemudian menjadi ketagihan untuk menulis buku. Andrea yang memang sangat menggemari sains akhirnya mencoba menulis buku sastra dari sejarah panjang kehidupan masa kecilnya yang tertuang dalam buku “Laskar Pelangi”
Pada mulanya, Andrea tidak pernah meniatkan naskahnya untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu hanya untuk dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta, Ibu Muslimah, yang telah memberikannya semangat dalam mengejar Lentera Jiwanya. Di mana dalam cerita Laskar Pelangi , ibu guru ini adalah seorang tokoh yang sangat inspiratif, seorang guru miskin di sebuah sekolah dasar miskin di Belitong yang mendidik murid-muridnya dengan penuh kecintaan. Kabarnya pula , Ibu Muslimah tengah diusulkan untuk mendapatkan Ma’arif Award.
Tanpa sepengetahuan Andrea, naskah tersebut secara diam-diam dibawa oleh salah seorang sahabat Andrea yang pernah membaca draft tersebut kepada salah satu penerbit untuk diperlihatkan. Penerbit yang beruntung ini, Bentang, tanpa diduga langsung jatuh cinta dan lantas menerbitkannya. Dan tak terduga juga akhirnya Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 - 2007.
Buntut kesuksesan Laskar Pelangi ditandai pula oleh diterbitkannya buku tersebut dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia dan menjadi best seller di negeri jiran itu. Berkat itu pula, akhirnya novel ini diangkat ke layar lebar oleh sutradara bertangan dingin, Riri Reza, yang juga menghasilkan box office di Indonesia.
Sejak itu pula, Ikal jadi ketagihan menulis fiksi. Ia melewatkan malam-malam insomnianya dengan menulis. Saat menulis itu, ia merasakan hal yang berbeda. Dan menyusul buku pertamanya, Andrea lantas menulis sekuelnya, Sang Pemimpi. Masih berkisah seputar sekolahan, buku keduanya ini pun terbilang sukses. Lagi-lagi ia mendapatkan setumpuk pujian sekaligus kritikan yang disikapinya dengan bijaksana.
Apa mau dikata, Andrea Hirata akhirnya dengan sadar menjerumuskan diri ke dalam penulisan buku fiksi. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari sebuah karya tetralogi. Setelah Sang Pemimpi, berikutnya berturut-turut terbit dua judul lagi yaitu Edensor dan Maryamah Karpov. Setelah terkenal dengan karya-karya sastranya, ia sangat berharap satu hari nanti bisa kembali menulis sebuah buku sains kembali seperti awal debut menulisnya dulu. Karena ia memang sangat menyukai sains, fisika, kimia dan biologi walaupun ia mengambil major ekonomi dalam studinya.
Andrea pun mengakui, bahwa lantaran Laskar Pelangi cita-citanya membuka perpustakaan di kampung halamannya terwujud sudah. Perpustakaan itu menjadi tempat orang belajar ilmu pengetahuan dan agama Islam. Perpustakaan ini membuka diri bagi para relawan yang ingin bergabung.
Pemuda ini sendiri lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker daripada seorang novelis. Kini setelah kesuksesannya dalam menulis, Ikal masih punya sebuah cita-cita dalam mengejar mimpinya yang lain yaitu tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya.